Selasa, 29 Mei 2012

pendidikan menurut aliran filsafat perenialisme



ALIRAN FILSAFAT  PERENIALISME DALAM KAJIAN PENDIDIKAN
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Filsafat Pendidikan
Dosen pengampu : Lusila Andriani P, M. Hum



OLEH:
1.      Rahma Titi L             (09108241038)
2.      Tri Wahyuni              (09108244002)
3.      Inayatul Fajriyah      (09108244020)
4.      Intan kurnia P           (09108244036)
5.      Gilar Pandu L           (09108244114)
6A



PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2012
                                                          




PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Proses pendidikan adalah proses perkembangan yang yang memiliki tujuan. Tujuan proses perkembangan itu secara alamiah ialah kedewasaan, kematangan. Sebab potensi manusia yang paling alamiah ialah bertumbuh menuju ketingkat kedewasaan, kematangan. Potensi ini akan terwujud apabila prakondisi alamiah dan sosial manusia memungkinkan misalnya: iklim, makanan, kesehatan, keamanan sesuai dengan kebutuhan manusia adanya aktifitas dan lembaga-lembaga pendidikan merupakan jawaban manusia atas problema itu. Karena manusia berkesimpulan, dan yakin bahwa pendidikan itu mungkin dan mampu mewujudkan potensi manusia sebaga aktualitas, maka pendidikan itu diselenggarakan. Timbulnya problem dan pikiran pemecahan itu adalah bidang pemikiran filsafat dalam hal ini filsafat pendidikan berarti pendidikan adalah pelaksanaan dari ide-ide filsafat. Dengan perkataan lain ide filsafat yang memberi asas kepastian bagi nilai peranan pendidikan bagi pembinaan manusia, telah melahirkan ilmu pendidikan, lembaga pendidikan dan aktifitas penyelenggaraan pendidikan.
            Aliran maupun gagasan tokoh dalam filsafat khususnya dalam bidangpendidikan membawa pengaruh masing-masing dalam kehidupan  Salah satu aliran filsafat pendidikan ialah perenialisme. Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu
            Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri. Oleh karena itu, dalam praktek pengembangan pendidikan, penerapan aliran filsafat cenderung dilakukan secara eklektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan.
B.     Rumusan Masalah
     Pada makalah ini telah dirumuskan beberapa rumusan masalah terkait aliran filsafat perenilaisme yakni :
1.      Bagaimana sejarah dan pengertian aliran perenialisme ?
2.      Bagaimana konsep dasar aliran perenialisme yang mencakup hakikat pendidikan, tujuan pendidikan, hakikat guru dan hakikat murid, proses belajar mengajarnya?
3.      Bagaimana implikasi konsep dasar pada pendidikan sekolah dasar dan menengah ?
4.      Bagaimana analisis oleh penulis  terhadap aliran perenialisme yang mencakup kelebihan dan kelemahan, pandangan dalam pendidikan ?

C.    Tujuan Penulisan
     Dari rumusan masalah di atas maka dapat dirumuskan tujuan penulisan makalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui sejarah dan pengertian aliran perenialisme.
2.      Mengetahui konsep dasar aliran perenialisme yang mencakup hakikat pendidikan, tujuan pendidikan, hakikat guru dan hakikat murid, proses belajar mengajarnya.
3.      Mengetahui implikasi konsep dasar pada pendidikan sekolah dasar dan menengah.
4.      Memberikan analisis terhadap aliran perenialisme yang mencakup kelebihan dan kelemahan, relevansi pandangan dalam pendidikan.


PEMBAHASAN

A.    Latar Belakang Aliran Perenialisme
     Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad ke-20. Perenialisme lahir dari suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Perenialis menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosiokultural.
     Solusi yang ditawarkan kaum perenialis adalah dengan jalan mundur ke belakang dengan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat pada zaman kuno dan abad pertengahan. Peradaban – kuno (Yunani Purba) dan abad pertengahan dianggap sebagai dasar budaya bangsa-bangsa di dunia dari masa ke masa dari abad keabad (Sa’dullah, 2009:151).
     Pandangan – pandangan yang telah menjadi dasar budaya manusia tersebut, telah teruji kemampuan dan kekukuhan oleh sejarah. Pandangan – pandangan plato dan Aristoteles mewakili peradapan Yunani Kuno, serta ajaran Thomas Aquina dari abad pertengahan. Kaum perenialis percaya bahwa ajaran dari tokoh – tokoh tersebut memiliki kualitas yang dapat dijadikan tuntutan hidup dan kehidupan manusia pada abad ke dua puluh ini.
     Mohammad Noor Syam ( 1984 ) mengemukan pandangan perenialisme, bahwa pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh.  Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal. Perenialisme tidak melihat jalan yang menyakinkan selain, kembali pada prinsip-prinsip yang telah sedemikian rupa membentuk suatu sikap kebiasaan, bahwa kepribadian manusia yaitu kebudayaan dahulu (Yunani Kuno).

B.     Sejarah Aliran Perenialisme
      Pendukung filsafat perenialis adalah Robert Maynard Hutchins dan Mortimer Adler. Hutchins (1963) mengembangkan suatu kurikulum berdasarkan penelitian terhadap Great Books (Buku Besar Bersejarah) dan pembahasan buku-buku klasik. Perenialis menggunakan prinsip-prinsip yang dikemukakan Plato, Aristoteles, dan Thomas Aquino. Pandangan-pandangan Plato dan Aristoteles mewakili peradaban Yunani Kuno serta ajaran Thomas Aquino dari abad pertengahan. Filsafat perenialisme terkenal dengan bahasa latinnya Philosophia Perenis. Pendiri utama dari aliran filsafat ini adalah Aristoteles sendiri, kemudian didukung dan dilanjutkan oleh St. Thomas Aquinas sebagai pemburu dan reformer utama dalam abad ke-13.
     Perenialisme memandang bahwa kepercayaan-kepercayaan aksiomatis zaman kuno dan abad pertengahan perlu dijadikan dasar penyusunan konsep filsafat dan pendidikan zaman sekarang. Sikap ini bukanlah nostalgia (rindu akan hal-hal yang sudah lampau semata-mata) tetapi telah berdasarkan keyakinan bahwa kepercayaan-kepercayaan tersebut berguna bagi abad sekarang. Jadi sikap untuk kembali kemasa lampau itu merupakan konsep bagi perenialisme di mana pendidikan yang ada sekarang ini perlu kembali kemasa lampau dengan berdasarkan keyakinan bahwa kepercayaan itu berguna bagi abad sekarang ini.
     Asas-asas filsafat perenialisme bersumber pada filsafat, kebudayaan yang mempunyai dua sayap, yaitu perenialisme yang theologis yang ada dalam pengayoman supermasi gereja Katholik, khususnya menurut ajaran dan interpretasi Thomas Aquinas, dan perenialisme sekular yakni yang berpegang kepada ide dan cita filosofis Plato dan Aristoteles.
     Pendapat di atas sejalan dengan apa yang dikemukakan H.B Hamdani Ali dalam bukunya filsafat pendidikan, bahwa Aristoteles sebagai mengembangkan philosophia perenis, yang sejauh mana seseorang dapat menelusuri jalan pemikiran manusia itu sendiri. ST. Thomas Aquinas telah mengadakan beberapa perubahan sesuai dengan tuntunan agama Kristen tatkala agama itu datang. Kemudian lahir apa yang dikenal dengan nama Neo-Thomisme. Tatkala Neo-Thomisme masih dalam bentuk awam maupun dalam paham gerejawi sampai ke tingkat kebijaksanaan, maka ia terkenal dengan nama perenialisme.
Pandangan-pandangan Thomas Aquinas di atas berpengaruh besar dalam lingkungan gereja Katholik. Demikian pula pandangan-pandangan aksiomatis lain seperti yang diutarakan oleh Plato dan Aristoteles. Lain dari itu juga semuanya mendasari konsep filsafat pendidikan perenialisme.
Neo-Scholastisisme atau Neo-Thomisme ini berusaha untuk menyesuaikan ajaran-ajaran Thomas Aquinas dengan tuntutan abad ke dua puluh. Misalnya mengenai perkembangan ilmu pengetahuan cukup dimengerti dan disadari adanya. Namun semua yang bersendikan empirik dan eksprimentasi hanya dipandang sebagai pengetahuan yang fenomenal, maka metafisika mempunyai kedudukan yang lebih penting. Mengenai manusia di kemukakan bahwa hakikat pengertiannya adalah di tekankan pada sifat spiritualnya. Simbol dari sifat ini terletak pada peranan akal yang karenanya, manusia dapat mengerti dan memaham'i kebenaran-kebenaran yang fenomenal maupun yang bersendikan religi (Bamadib, 1990: 64-65).
        Filsafat perenialisme Menurut Tokoh
Pandangan para tokoh mengenai perenialisme yaitu :
1.      Plato
            Plato (427-347 SM), hidup pada zaman kebudayaan yang sarat dengan ketidakpastian, yaitu filsafat sofisme. Ukuran kebenaran dan ukuran moral merupakan sofisme adalah manusia secara pribadi, sehingga pada zaman itu tidak ada kepastian dalam moral, tidak ada kepastian dalam kebenaran, tergantung pada masing-masing individu. Plato berpandangan bahwa realitas yang hakiki itu tetap tidak berubah. Realitas atau kenyataan-kenyataan itu tidak ada pada diri manusia sejak dari asalnya, yang berasal dari realitas yang hakiki. Menurut Plato, “dunia ideal”, bersumber dari ide mutlak, yaitu Tuhan. Kebenaran, pengetahuan, dan nilai sudah ada sebelum manusia lahir yang semuanya bersumber dari ide yang mutlak tadi. Manusia tidak mengusahakan dalam arti menciptakan kebenaran, pengetahuan, dan nilai moral, melainkan bagaimana manusia menemukan semuanya itu. Dengan menggunakan akal dan rasio, semuanya itu dapat ditemukan kembali oleh manusia.
2.      Aritoteles
            Aritoteles (384-322 SM), adalah murid Plato, namun dalam pemikirannya ia mereaksi terhadap filsafat gurunya, yaitu idealisme. Hasil pemikirannya disebut filsafat realism (realism klasik). Cara berfikir Arithoteles berbeda dengan gurunya, Plato, yang menekankan berfikir rasional spekulatif. Arithoteles mengambil cara berfikir rasional empiris realitas. Ia mengajarkan cara berfikir atas prinsip realitas, yang lebih dekat dengan alam kehidupan manusia sehari-hari.
            Arithoteles hidup pada abad keempat sebelum Masehi, namun ia dinyatakan sebagai pemikir abad pertengahan. Karya-karya Arithoteles merupakan dasar berfikir abad pertengahan yang melahirkan renaissance. Sikap positifnya terhadap inkuiry menyebabkan ia mendapat sebutan sebagai Bapak Sains Modern. Kebajikan akan menghasilkan kabahagiaan dan kebajikan, bukanlah pernyataan pemikiran atau perenuangan pasif, melainkan merupakan sikap kemauan yang baik dari manusia.
            Menurut Arithoteles, manusia adalah makhluk materi dan rohani sekaligus. Sebagai materi, ia menyadari bahwa manusia dalam hidupnya berada dalam kondisi alam materi dan sosial. Sebagai makhluk rohani manusia sadar akan menuju pada proses yang lebih tinggi yang menuju kepada manusia ideal, manusia sempurna. Manusia sebagai hewan rasional memiliki kesadaran intelektual dan spiritual, ia hidup dalam alam materi sehingga akan menuju pada derajat yang lebih tinggi, yaitu kehidupan yang abadi, alam supernatural.
3.      Thomas Aquina
            Thomas Aquina mencoba mempertemukan suatu  pertentangan yang muncul pada waktu itu, yaitu antara ajaran Kristen dengan filsafat (sebetulnya dengan filsafat Aritoteles, sebab pada waktu itu yang dijadikan dasar pemikiran logis adalah filsafat neoplatonisme dari Plotinus yang dikembangkan oleh St. Agustinus. Menurut Aquina, tidak terdapat pertentangan antara filsafat (khususnya filsafat Aristoteles) dengan ajaran agama (Kristen). Keduanya dapat berjalan dalam lapangannya masing-masing. Thomas Aquina secara terus menerus dan tanpa ragu-ragu mendasarkan filsafatnya kepada filsafat Aristoteles.
            Pandangan tentang realitas, ia mengemukakan, bahwa segala sesuatu yang ada, adanya itu karena diciptekan oleh Tuhan, dan tergantung kepada-Nya. Ia mempertahankan bahwa Tuhan, bebas dalam menciptakan dunia. Dunia tidak mengalir dari Tuhan bagaikan air yang mengalir dari sumbernya, seperti halnya yang dipikirkan oleh filosof neoplatonisme dalam ajaran mereka tentang teori “emanasi”. Thomas aquina menekankan dua hal dalam pemikiran tentang realitannya, yaitu : 1) dunia tidak diadakan dari semacam bahan dasar, dan 2) penciptaan tidak terbatas pada satu saat saja, demikian menurut Bertens (1979).
            Dalam masalah pengetahuan, Thomas Aquina mengemukaan bahwa pengetahuan itu diperoleh sebagai persentuhan dunia luar dan oleh akal budi, menjadi pengetahuan. Selain pengetahuan manusia yang bersumber dari wahyu, manusia dapat memperoleh pengetahuan dengan melalui pengalaman dan rasionya (di sinilai ia mempertemukan pandangan filsafat idealism, realism, dan ajaran gerejanya). Filsafat Thomas Aquina disebut tomisme. Kadang-kadang orang tidak membedakan antara perenialisme dengan neotonisme. Perenialisme adalah sama dengan neotonisme dalam pendidikan
C.    Konsep Dasar Aliran Perenialisme
a.      Hakikat pendidikan
           Tentang pendidikan kaum Perenialisme memandang education as cultural regression : pendidikan sebagai jalan kembali, atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan masa lampau yang dianggap sebagai kebudayaan ideal. Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai kebenaran yang pasti, absolut, dan abadi yang terdapat dalam kebudayaan masa lampau yang dipandang sebagai kebudayaan ideal tersebut.Sejalan dengan hal di atas, penganut Perenialisme percaya bahwa prinsip-prinsip pendidikan juga bersifat universal dan abadi.
Robert M. Hutchins mengemukakan “Pendidikan mengimplikasikan pengajaran. Pengajaran mengimplikasikan pengetahuan. Pengetahuan dalah kebenaran. Kebenaran di mana pun dan kapan pun adalah sama. Karena itu kapan pun dan di mana pun pendidikan adalah sama”. Selain itu pendidikan  dipandang sebagai suatu persiapan untuk hidup, bukan hidup itu sendiri. (Madjid Noor,dkk, 1987)
           Filsafat pendidikan Perenialisme mempunyai empat prinsip dalam pembelajaran secara umum yang mesti dimiliki manusia, yaitu:
1.      Kebenaran bersifat universal dan tidak tergantung pada tempat, waktu, dan orang.
2.       Pendidikan yang baik melibatkan pencarian pemahaman atas kebenaran
3.      Kebenaran dapat ditemukan dalam karya – karya agung
4.      Pendidikan adalah kegiatan liberal untuk mengembangkan nalar
     Beberapa pandangan tokoh perenialisme terhadap pendidikan:
1.      Menurut Plato adalah Program pendidikan yang ideal harus didasarkan atas paham adanya nafsu, kemauan, dan akal
2.      Menurut Aristoteles adalah Perkembangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikan dengan filsafat sebagai alat untuk mencapainya
3.      Menurut Thomas Aquinas adalah Pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur agar menjadi aktif atau nyata.
b.      Tujuan Umum Pendidikan
           Membantu anak menyingkap dan menanamkan kebenaran-kebenaran hakiki. Oleh karena itu kebenaran-kebenaran itu universal dan konstan, maka kebenaran-kebenaran tersebut hendaknya menjadi tujuan-tujuan pendidikan yang murni. Kebenaran-kebenaran hakiki dapat dicapai dengan sebaik-baiknya melalui :
1)      Latihan intelektual secara cermat untuk melatih pikiran, dan
2)      Latihan karakter sebagai suatu cara mengembangkan manusia spiritual.
Tujuan pendidikan menurut tokoh-tokoh dalam aliran perenialisme sebagai berikut :
1)      Menurut Plato, tujuan utama pendidikan adalah membina pemimpin yang sadar akan asas normative dan melaksanakannya dalam semua aspek kehidupan
2)      Menurut Aristoteles, tujuan pendidikan adalah membentuk kebiasaan pada tingkat pendidikan usia muda dalam menanamkan kesadaran menurut aturan moral.
3)      Menurut Thomas Aquinas Thomas, tujuan pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur menjadi aktif atau nyata tergantung pada kesadaran tiap-tiap individu.
c.       Hakikat Guru
           Tugas utama dalam pendidikan adalah guru-guru, di mana tugas pendidikanlah yang memberikan pendidikan dan pengajaran (pengetahuan) kepada anak didik. Faktor keberhasilan anak dalam akalnya sangat tergantung kepada guru, dalam arti orang yang telah mendidik dan mengajarkan. Berikut pandangan aliran perenialisme mengenai guru atau pendidikan:
1)      Guru mempunyai peranan dominan dalam penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di kelas.
2)      Guru hendaknya orang yang menguasai suatu cabang ilmu, seorang guru yang ahli (a master teacher) bertugas membimbing diskusi yang akan memudahkan siswa menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang tepat, dan wataknya tanpa cela. Guru dipandang sebagai orang yang memiliki otoritas dalam suatu bidang pengetahuan dan keahliannya tifdak diragukan.
d.      Hakikat Murid
           Murid dalam aliran perenialisme merupakan makhluk yang dibimbing oleh prinsip-prinsip pertama, kebenaran-kebenaran abadi, pikiran mengangkat dunia biologis. Hakikat pendidikan upaya proses transformasi pengetahuan dan nilai kepada subyek didik, mencakup totalitas aspek kemanusiaan, kesadaran, sikap dan tindakan kritis terhadap seluruh fenomena yang terjadi di sekitarnya. Pendidikan bertujuan mencapai pertumbuhan kepribadian manusia yang menyeluruh secara seimbang melalui latihan jiwa, intelek, diri manusia yang rasional; perasaan dan indera. Karena itu pendidikan harus mencakup pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya : spiritual, intelektual, imajinatif, fisik, ilmiah, bahasa, baik secara individual maupun secara kolektif, dan mendorong semua aspek ini ke arah kebaikan dan mencapai kesempurnaan.
e.       Proses Belajar Mengajar
           Tuntutan tertinggi dalam belajar menurut Perenialisme, adalah latihan dan disiplin mental. Maka, teori dan praktik pendidikan haruslah mengarah kepada tuntunan tersebut. Teori dasar dalam belajar menurut Perenialisme terutama:
a)      Mental dicipline sebagai teori dasar
     Menurut Perenialisme sependapat latihan dan pembinaan berpikir adalah salah satu kewajiban tertinggi dalam belajar, atau keutamaan dalam proses belajar. Karena program pada umumnya dipusatkan kepada pembinaan kemampuan berpikir.
b)      Rasionalitas dan Asas Kemerdekaan
     Asas berpikir dan kemerdekaan harus menjadi tujuan utama pendidikan, otoritas berpikir harus disempurnakan sesempurna mungkin. Dan makna kemerdekaan pendidikan hendaknya membantu manusia untuk dirinya sendiri yang membedakannya dari makhluk yang lain. Fungsi belajar harus diabdikan bagi tujuan itu, yaitu aktualisasi diri manusia sebagai makhluk rasional yang bersifat merdeka.
c)      Leraning to Reason (belajar untuk berpikir)
     Bagaimana tugas berat ini dapat dilaksanakan, yakni belajar supaya mampu berpikir. Perenialisme tetap percaya dengan asas pembentukan kebiasaan dalam permulaan pendidikan anak. Kecakapan membaca, menulis, dan berhitung merupakan landasan dasar. Dan berdasarkan pentahapan itu, maka learning to reason menjadi tujuan pokok pendidikan sekolah menengah dan pendidikan tinggi.
d)     Belajar sebagai persiapan hidup
     Belajar untuk mampu berpikir bukanlah semata – mata tujuan kebajikan moral dan kebajikan intelektual dalam rangka aktualitas sebagai filosofis. Belajar untuk berpikir berarti pula guna memenuhi fungsi practical philosophy baik etika, sosial politik, ilmu dan seni.
e)      Learning through teaching
     Dalam pandangan Perenialisme, tugas guru bukanlah perantara antara dunia dengan jiwa anak, melainkan guru juga sebagai murid yang mengalami proses belajar sementara mengajar. Guru mengembangkan potensi – potensiself discovery, dan ia melakukan otoritas moral atas murid – muridny, karena ia seorang profesional yang memiliki kualifikasi dan superior dibandingkan dengan murid – muridnya. Guru harus mempunyai aktualitas yang lebih
f.       Kurikulum
           Kurikulum menurut kaum perenialis harus menekankan pertumbuhan intelektual siswa pada seni dan sains. Untuk menjadi “terpelajar secara cultural” para siswa harus berhadapan dengan bidang seni dan sains yang merupakan karya terbaik yang diciptakan oleh manusia.
           Dua dari pendukung filsafat perenialis adalah Robert Maynard Hutchins, dan Mortimer Adler. Sebagai rector the University of Chicago, Hutchin (1963) menegembangkan suatu kurikulum mahasiswa S1 berdasarkan penelitan terhadap Buku besar bersejarah (Great Book) dan pembahasan buku-buku klasik. Kegiatan ini dilakukan dalam seminar-seminar kecil. Kurikulum perenialis Hutchins didasarkan pada tiga asumsi mengenai pendidikan :
a.       Pendidikan harus mengangkat pencarian kebenaran manusia yang berlangsung terus menerus. Kebenaran apapun akan selalu benar dimanapun juga. Kebenaran bersifat universal dan tak terikat waktu
b.      Karena kerja pikiran adalah bersifat intelektual dan memfokuskan pada gagasan – gagasan, pendidikan juga harus memfokuskan pada gagasan- gagasan . pengolahan rasionalitas manusia adalah fungsi penting pendidikan
c.       Pendidikan harus menstimulus para mahasiswa untuk berfikir secara mendalam mengenai gagasan – gagasan signifikan. Para guru harus menggunakan pemikiran yang benar dan kritis seperti metoda pokok mereka, dan mereka harus mensyaratkan hal yang sama pada siswa.

D.    Implikasi Konsep Dasar dengan Pendidikan Sekolah Dasar
     Pandangan – pandangan kurikulum menurut aliran perenialisme yang mempengaruhi praktik pendidikan.
1.      Pendidikan Dasar dan Menengah
a)      Pendidikan sebagai persiapan
     Perbedaan Progresivisme dengan Perenialisme terutama pada sikapnya tentang “education as preparation”. Dewey dan tokoh – tokoh Progresivisme yang lain menolak pandangan bahwa sekolah (pendidikan) adalah persiapan untuk kehidupan. Tetapi Perenialisme berpendapat bahwa pendidikan adalah persiapan bagi kehidupan di dalam masyarakat. Dasar pandangan ini berpangkal pada ontologi, bahwa anak ada dalam fase potensialitas menuju aktualitas, menuju kematangan.
b)      Kurikulum Sekolah Menengah
     Prinsip kurikulum pendidikan dasar, bahwa pendidikan sebagai persiapan, berlaku pula bagi pendidikan mencegah. Perenialisme membedakan kurikulum pendidikan menengah antara program, “general education” dan pendidikan kejuruan, yang terbuka bagi anak 12-20 tahun.
2.      Pendidikan Tinggi dan Adult Education
a)      Kurikulum Universitas
     Program “general education” dipersiapkan untuk pendidikan tinggi dan adult education. Pendidikan tinggi sebagai lanjutan pendidikan menengah dengan program general education yang telah selesai disiapkan, bagi umur 21 tahun sebab dianggap telah cukup mempunyai kemampuan melaksanakan program pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi pada prinsipnya diarahkan untuk mencapai tujuan kebajikan intelektual yang disebut “The intellectual love of good”.
b)      Kurikulum Pendidikan Orang Dewasa
     Tujuan pendidikan orang dewasa ialah meningkatkan pengetahuan yang telah dimilikinya dalam pendidikan lama sebelum itu, menetralisir pengaruh – pengaruh jelek yang ada. Nilai utama pendidikan orang dewasa secara filosofis ialah mengembangkan sikap bijaksana, guna merenorganisasi pendidikan anak – anaknya, dan membina kebudayaannya. Malahan Hutchins mengatakan, pendidikan orang dewasa adalah jalan menyelamatkan kehidupan bangsa – bangsa.

E.     Analisis Kritis terhadap Konsep Dasar Aliran Perenialisme
a.      Kelebihan
a)      Perenialisme mengangkat kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang menjadi pandangan hidup yang kokoh pada zaman kuno dan abad pertengahan. Dalam pandangan perenialisme pendidikan lebih banyak mengarahkan perhatiannya pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh.
b)      Kurikulum menekankan pada perkembangan intelektual siswa pada seni dan sains. Untuk menjadi terpelajar secara kultural, para siswa harus berhadapan pada bidang-bidang seni dan sains yang merupakan karya terbaik dan paling signifikan yang diciptakan oleh manusia.
c)      Perenialisme tetap percaya terhadap asas pembentukan kebiasaan dalam permulaan pendidikan anak. Kecakapan membaca, menulis, dan berhitung merupakan landasan dasar.
d)     Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal. Perenialisme memberikan sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun praktik bagi kebudayaan dan pendidikan zaman sekarang.
e)      Dalam pendidikan perenialisme, siswa diberi kebebasan untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya dan siswa diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya.
f)       Siswa belajar untuk mencari tahu sendiri jawaban dari masalah atau pertanyaan yang timbul di awal pembelajaran. Dengan mendapatkan sendiri jawaban itu, siswa pasti akan lebih mengingat materi yang sedang dipelajari.
g)      Membentuk output yang dihasilkan dari pendidikan di sekolah memilki keahlian dan kecakapan yang langsung dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat.
b.      Kelemahan
a)      Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut paham ini menekankan pada kebenaran absolut, kebenaran universal yang tidak terkait pada tempat dan waktu aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
b)      Perenialis kurang menerima adanya perubahan-perubahan, karena menurut mereka perubahan banyak menimbulkan kekacauan, ketidakpastian,dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosio-kultural.
c)      Focus perenialis mengenai kurikulum adalah pada disiplin-disiplin pengetahuan abadi , hal ini akan berdampak pada kurangnya perhatian pada realitas peserta didik dan minat-minat siswa.
d)     Mengabaikan kurikulum yang telah ditentukan, yang menjadi tradisi sekolah. Mengurangi bimbingan dan pengaruh guru.
e)      Dalam pendidikan perenialisme, siswa menjadi orang yang mementingkan diri sendiri, ia menjadi manusia yang tidak memiliki self discipline, dan tidak mau berkorban demi kepentingan umum.
c.       Solusi
1.      Dalam proses pembelajaran guru harus menyeimbangkan antara pengetahuan dan kegiatan sehari-hari siswa, yaitu dengan menyeimbangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Guru dikelas tidak hanya menekannka apa aspek kognitif saja.
2.      Perenialis harus lebih bisa terbuka terhadap perubahan yang terjadi di setiap jaman karena suatu perubahan tidak selalu berdampak buruk atau memberi pengaruh negative dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosio-kultural. Harus dapat menyaring perubahan-perubahan yang terjadi.
3.      Dalam pembelajaran kaum perenialisme harus lebih memperhatikan kurikulum yang telah berlaku. Karena kurikulum merupakan acuan dasar bagi setiap penyelenggara pendidikan. Kurikulum berperan penting guna menjalankan proses pendidikan
4.      Dalam pendidikan menurut kaum perenialisme harus lebih mementingkan pendidikan bagi peserta didik agar peserta didik mempunyai konsep diri yang kuat dan memiliki displin ilmu. Peserta didik harus didik untuk kebih memperhatikan kepentingan umum. Karena peserta didik nantinya akan menjadi bagian dari masyarakat dan kepentingan umum merupakan kepentingan yang harus berada di atas kepentingan pribadi.
d.      Relevansi Pandangan Perenialisme dan Penerapannya di Bidang Pendidikan
           Ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi menurut perenialisme, karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif yang bersifat analisa. Jadi dengan berpikir maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan melalui akal pikiran. Menurut epistemologi Thomisme sebagian besarnya berpusat pada pengolahan tenaga logika pada pikiran manusia. Apabila pikiran itu bermula dalam keadaan potensialitas, maka dia dapat dipergunakan untuk menampilkan tenaganya secara penuh. Jadi epistemologi dari perenialisme, harus memiliki pengetahuan tentang pengertian dari kebenaran yang sesuai dengan realita hakiki, yang dibuktikan dengan kebenaran yang ada pada diri sendiri dengan menggunakan tenaga pada logika melalui hukum berpikir metode dedduksi, yang merupakan metode filsafat yang menghasilkan kebenaran hakiki, dan tujuan dari epistemologi perenialisme dalam premis mayor dan metode induktifnya sesuai dengan ontologi tentang realita khusus.
           Menurut perenialisme penguasaan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pertama adalah modal bagi seseorang untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Prinsip-prinsip pertama mampu mempunyai peran sedemikian, karena telah memiliki evidensi diri sendiri.
           Dengan pengetahuan, bahan penerangan yang cukup, orang akan mampu mengenal faktor-faktor dengan pertautannya masing-masing memahami problema yang perlu diselesaikan dan berusaha untuk men gadakan penyelesaian masalahnya. Dengan demikian ia telah mampu mengembangkan suatu paham.
           Anak didik yang diharapkan menurut perenialisme adalah mampu mengenal dan mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental. Karya-karya ini merupakan buah pikiran tokoh-tokoh besar pada masa lampau. Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman telah dicatat menonjol dalam bidang-bidang seperti bahasa dan sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi, matematika, ilmu pengetahuan alam dan lain-lainnya, telah banyak yang mampu memberikan ilmunisasi zaman yang sudah lampau
           Dengan mengetahui tulisan yang berupa pikiran dari para ahli yang terkenal tersebut, yang sesuai dengan bidangnya maka anak didik akan mempunyai dua keuntungan yakni:
1.      Anak-anak akan mengetahui apa yang terjadi pada masa lamp au yang telah dipikirkan oleh orang-orang besar.
2.      Mereka memikirkan peristiwa-peristiwa penting dan karya­karya tokoh terse but untuk diri sendiri dan sebagai bahan pertimbangan (reverensi) zaman sekarang.
           Jelaslah bahwa dengan mengetahui dan mengembangkan pemikiran karya-karya buah pikiran para ahli tersebut pada masa lampau, maka anak-anak didik dapat mengetahui bagaimana pemikiran para ahli terse­but dalam bidangnya masing-masing dan dapat mengetahui bagaimana peristiwa pada masa lampau tersebut sehingga dapat berguna bagi diri mereka sendiri, dan sebagai bahan pertimbangan pemikiran mereka pada zaman sekarang ini. Hal inilah yang sesuai dengan aliran filsafat pereni­alisme tersebut.
           Tugas utama pendidikan adalah mempersiapkan anak didik ke arah kemasakan. Masak dalam arti hidup akalnya. ladi akal inilah yang perlu mendapat tuntunan ke arah kemasakan tersebut. Sekolah rendah memberikan pendidikan dan pengetahuan serba dasar. Dengan pengetahuan yang tradisional seperti membaca, menulis dan berhitung anak didik memperoleh dasar penting bagi pengetahuan-pengetahuan yang lain.
           Sekolah sebagai tempat utama dalam pendidikan yang mempersiapkan anak didik ke arah kemasakan melalui akalnya dengan memberikan pengetahuan. Sedangkan sebagai tugas utama dalam pendidikan adalah guru-guru, di mana tugas pendidikanlah yang memberikan pendidikan dan pengajaran (pengetahuan) kepada anak didik. Faktor keberhasilan anak dalam akalnya sangat tergantung kepada guru, dalam arti orang yang telah mendidik dan mengajarkan.
           Adapun mengenai hakikat pendidikan tinggi ini, Robert Hutchkins mengutarakan lebih lanjut, bahwa kalau pada abad pertengahan filsafat teologis, sekarang seharusnya bersendikan filsafat metafisika. Filsafat ini pada dasarnya adalah cinta intelektual dari Tuhan. Di samping itu, dikatakan pula bahwa karena kedudukan sendi-sendi tersebut penting maka perguruan tinggi tidak seyogyanya bersifat utilistis.
           Dari ungkapan yang diutarakan oleh Robert Hutchkins di atas mengenai hakikat pendidikan tinggi itu, jelaslah bahwa pendidikan tinggi sekarang ini hendaklah berdasarkan pada filsafat metafisika yaitu filsafat yang berdasarkan cinta intelektual dari Tuhan. Kemudian Robert Hutchkins mengatakan bahwa oleh karena manusia itu pada hakikatnya sama, maka perlulah dikembangkan pendidikan yang sama bagi semua orang, ini disebut pendidikan umum (general education). Melalui kurikulum yang satu serta proses belajar yang mungkin perlu disesuaikan dengan sifat tiap individu, diharapkan tiap individu itl! terbentuk atas dasar landasan kejiwaan yang sama.
















PENUTUP

A. Kesimpulan
               Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad ke-20. Perenialisme lahir suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosiokultural
               Tentang pendidikan kaum Perenialisme memandang education as cultural regression : pendidikan sebagai jalan kembali, atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan masa lampau yang dianggap sebagai kebudayaan ideal. Tujuan pendidikan menurut tokoh-tokoh dalam aliran perenialisme sebagai berikut :
1.      Menurut Plato, tujuan utama pendidikan adalah membina pemimpin yang sadar akan asas normative dan melaksanakannya dalam semua aspek kehidupa
2.      Menurut Aristoteles, tujuan pendidikan adalah membentuk kebiasaan pada tingkat pendidikan usia muda dalam menanamkan kesadaran menurut aturan moral.
3.      Menurut Thomas Aquinas Thomas, tujuan pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur menjadi aktif atau nyata tergantung pada kesadaran tiap-tiap individu.
               Perenialisme terutama pada sikapnya tentang “education as preparation”. Perenialisme berpendapat bahwa pendidikan adalah persiapan bagi kehidupan di dalam masyarakat. Dasar pandangan ini berpangkal pada ontologi, bahwa anak ada dalam fase potensialitas menuju aktualitas, menuju kematangan.

B.  Saran
1.      Bagi pemerintah
           Diharapakan pemerintah khususnya kementerian bidang pendidikan dan kebudayaan hendaknya dengan bijaksana mmeletakkan kurikulum pembelajaran sesuai dengan l;andasan budaya bangsa Indonesia dan mengupayakan pengembangan SDM pendiikan  dan peningkgkatan sarana dan prasarana penunjang  kemajuan pendidikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
2.      Bagi Guru
           Diharapkan bagi guru untuk senantiasa memotivasi diri dan mengupayakan pengembangan kompetensinya agar semakin berkualitas pendidikan di  Indonesia, selain itu guru diharapkan memahami filsafat pendidikan dan mampu mengambil nilai esensi guna melandasi proses pembelajaran yang sesuai dengan kearifan nilai sosial budaya.






DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, Chaedar. 2007. Filsafat Bahasa dan Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Mudyahardjo, Redjo. 2002. Pengantar Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Sadulloh, Uyoh. 2004. Pengantar filsafat Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Rahmawati,Ruzi. 2011. Aliran perenialisme http://ruzirahmawati.blogspot.com/2011/12/aliran-perenialisme.html diakses pada tanggal 27 April 2012 pukul 09.50 WIB
Saklus, Herdi. 2008. Aliran – aliran pendidikan.      http://herdisaksul.wordpress.com/2008/06/17/aliran-aliran-pendidikan/ diakses pada tanggal  27 April 2012 pukul 9.56 WIB
Liewie. 2009. Filosofi pendidikan. http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/1947159-filosofipendidikan/#ixzz1tCsmPtmY diakses pada tanggal 27 April 2012 pukul 10.12
Sidik, khoirul. 2011. Aliran – aliran filsafat pendidikan. http://khoirulsidikesz.blogspot.com/2011/07/aliran-aliran-filsafat-pendidikan.html diakses pada tanggal 27 April 2012 pukul 11.29
Mahfud, tuatul. 2009. Aliran perenialisme. http://mahfudz30.wordpress.com/2009/10/16/aliran-perenialisme/ diakses pada tanggal 27 April 2012 pukul 11.33
Siregar, maragustam. 2011. Aliran filsafat pendidikan perenialisme. http://maragustamsiregar.wordpress.com/2011/03/28/aliran-filsafat-pendidikan-perenialisme/ diakses pada tanggal 27 April 2012 pukul 11.50
MTP-UNJA 2009. Aliran perenalisme dalam pendidikan. http://kukuhsilautama.wordpress.com/2011/03/31/aliran-perenialisme-dalam-pendidikan/ diakses pada tanggal 28 April 2012 pukul 14.04
Huda, khaerul. 2011. Aliran perenialisme. http://khaerul-huda.blogspot.com/2011/12/aliran-perenialisme.html diakses pada tanggal 28 April 2012 pukul 14.07
Nurbaiti, ekasari. 2011.  Landasan Filosofis, Psikologis, dan Sosial Budaya dalam Pengembangan Kurikulum. http://blog.unsri.ac.id/nurbaitiekasari/pengembangan-kurikulum/landasan-pengembangan-kurikulum-/mrdetail/29498/ diakses pada tanggal 28 April 2012 pukul 14.15
hermawan ,lutfi. 2012. Perenialisme http://luphypamali.blogspot.com/2012/03/perenialisme.html diakses pada tanggal 28 April 2012 pukul 14.23