Selasa, 29 Mei 2012

sebuah cerita


Terlalu Baik
          Di tahun 2000 (wah pas banget ya), ada seorang anak perempuan bernama Riri yang bersekolah di SD yang tak begitu kota (bisa dibilang lingkungan desa). Dia kelas V, banyak mempunyai teman, dia juga salah satu siswa teladan dan juga bisa dibilang anak yang supel. Pada hari Jumat, hari itu di SD diadakan lomba kebersihan kelas. Semua siswa tak terkecuali Riri bergotong royong membersihkan kelas mereka masing-masing dengan semangat 45 (kayak jaman perjuangan).
          Ari ketua kelas, ” Hai Riri bersihkan almari yang ada di pojok kelas!”.
“ Kau ini perintah-perintah orang bersihkan saja sendiri”, seru Rini. Rini adalah teman Riri yang paling baik.
“ Rin, jangan begitu…aku ga pa-pa kok bersihin almari itu, ni pekerjaanku juga sudah selesai”, kata Riri dengan polosnya. Di dalam hati Rini pingin teriak dan pingin tu buka hati Rini supaya jadi orang ga baik-baik banget. Langsung saja Rini meninggalkan Riri tanpa komentar satu kata apapun.
Kegiatan membersihkan kelas pun selesai, semua siswa bersorak gembira dan Riri duduk bersama teman-temannya di depan kelas.
          Fani seorang gadis yang kecil tetapi agak judes (bisa dibilang anak terjudes di kelas). “Hai Riri lagi istirahat ya?”. Riri tidak menjawab pertanyaan Fani tapi dia malah memberi tahu kepada Fani kalau tali sepatunya lepas, “Fani…Fani tali sepatumu lepas”.
“Hah…apa? Tali sepatu aku lepas? Tolong dong Ri taliin lagi sepatu aku!”. Tanpa pikir panjang langsung saja Riri menalikan tali sepatu fani.
“Heh…Fani kau tak punya tangan ya…nail sepatu aja nyuruh-nyuruh orang”, teriak Rini dengan wajah yang merah padam.
“Tidak apa-apa Kok Rin”, sahut Riri.
“kamu lagi jadi orang tidak bisa menolak permintaan teman meskipun permintaan itu merendahkanmu, sekali-kali tolak dong jangan sok baik jadi orang di dunia ini bisa-bisa kamu diinjak-injak”, terikan Rini sangat menusuk di hati Riri yang tadinya muka Rini merah padam sekarang jadi kayak setan yang lagi nakut-nakutin bayi tetangga.
          Penilaian lomba kebersihan pun berakhir, semua siswa pulang dengan hati gembira tapi tidak dengan suasana hati Riri, dia selalu memikirkan perkataan sahabatnya yang menuruh dia untuk menolak permintaan teman-temannya. Sampai di rumah dia langsung masuk kamar dan merenungi semua perkataan Rini.
          “iya…bener perkataan Rini selama ini, aku kurang tegas dengan teman-temanku dan teman-teman yang aku baikin semuanya hanya memanfaatkan kebaikanku, aku hanya dijadikan pembantu bagi mereka,”. Riri merenungi semua yang telah dia perbuat selama ini, dia memandangi langit-langit kamarnya.
          Setelah merenung berkali-kali dan membolak-balik perkataan Rini temannya (kayak goring telur aja dibolak-balik). Riri sadar dan memutuskan akan lebih tegas kepada teman-temannya. Dia akan menolak permintaan teman-temannya yang tidak relistik dan hanya memanfaatkannya.
          Pagi yang cerah, Riri berangkat sekolah bersama dengan sahabatnya Rini langsung saja dia memberi tahu kepada sahabatnya itu bahwa dia akan berubah. Dia akan menjadi Riri yang tegas dan tidak mudah diamanfaatkan orang lain. Dia akan menjadi Riri yang sok baik tapi menjadi Riri yang baik aja ga pakai banget.

Tidak ada komentar: